Sepenggal Kisah: Rindu

Apakah kau pernah melarang rindu?
Dengan cara apa kau melakukannya?
Kenapa kau lakukan itu?
Adakah karena ia terlarang?
Atau ada alasan lain?

Pertanyaan pertanyaan ini seringkali muncul dibenaknya. Ntah kenapa. Ia bahkan berulangkali bertanya kepadaku. Dan aku hanya bisa menjawab sekenanya atas pertanyaan tersebut.

Aku bilang: Pernah. Dengan tidak mengatakan. Karena aku tahu rindu ini takkan berbalas. Tidak juga. Rahasia.

Biasanya ia hanya akan bilang: ‘hmm..’ , lalu asyik kembali dengan pikirannya sendiri. Itulah dia. Terkadang aku suka dikejutkan dengan pertanyaan pertanyaan yg bagiku aneh, tapi menarik untuk aku simak. Terkadang mendengarnya bercerita dengan penuh ekspresi adalah menjadi satu kegiatan favoritku. Senyumnya yang riang, mata yg berbinar dan sesekali gelak tawa manja mengiringi kisah yang ia tuturkan. Manis. Begitu aku melihatnya.

Namun ibarat kata pepatah. Dimana ada manis, disitu ada pahit. Tak bisa kupungkiri, dibalik manisnya ia bercerita aku tahu (entah bagaimana caranya aku tahu), ia menyembunyikan getir terdalam. Getir yang aku sendiripun tak sanggup untuk menghapusnya dan menggantinya dengan tawa riang.

Dan sejalan dengan itu, kalau ia bertanya lagi tentang rindu, maka aku akan menjawab: Masih. Berkata aku tidak pernah merindu. Bisa jadi. Karena rindu itu untuk kamu. Begitulah jawabku yg sebenarnya (dalam hati).

One thought on “Sepenggal Kisah: Rindu

Leave a comment