”Den, apakah boleh aku memilih tidak menanam padi disawah karena sadar aku masih belum bisa menghilangkan rumput liar dihalamanku sendiri?”
Sebuah tanya meluncur dari bibirnya sore ini. Kami sedang duduk diteras atas, menikmati teh hangat yang aku sengaja buat. Diluar hujan turun cukup deras sore ini. Beberapa penghuni kost lain lebih memilih asyik terlelap menanti magrib.
“Kenapa kamu tiba tiba bertanya seperti itu? Apa ada hubungannya dengan kepulangan kamu kemarin?” Aku balik tanya.
“Iya den.. Seperti itulah.. Sekarang, bagaimana menurutmu? Jujur, aku memilih diam kemarin. Tak berani menjawab, tak berani meng-iyakan atau menolak.” Ujarnya.
“Aku juga bingung mau jawab apa. Paling aku cuma bisa jawab, ikutilah apa yg kata hati kamu ingin lakukan. Jangan pernah melakukan sesuatu karena terpaksa dan ingin menyenangkan hati siapapun. Karena aku khawatir bukan senang yang akan kamu beri, tapi duka dan luka yg kan didapat dikemudian hari.
Apapun nanti pilihan yg kamu ambil, lakukan dengan benar, dengan konsisten. Jangan setengah setengah. Sekiranya kamu butuh waktu untuk mempersiapkan, bilang saja sama mereka memang itu adanya. Bahwa bukan masalah cepat atau lambat tapi tepat atau tidak. Dan aku yakin, Tuhan selalu memberikan restuNya untuk setiap niat baik hingga ia mewujud di waktu yg tepat.” Jawabku.
Ia hanya menatap ke depan mendengar jawabanku barusan. Aku sendiri, mencerna ulang jawabanku barusan. Selayaknya bercermin.
Dan tiba tiba suara deras air hujan yang turun serta dingin udara sore yg menyergap terasa bagai alunan irama yg menyembilu jauh kedalam lubuk hatiku sendiri.